Siapa kita? Apa semboyan kita? Apa kerja kita? Pertanyaan-pertanyaan itu lantang disuarakan usai upacara kemerdekaan di Kotabaru, Jumat (17/8) pagi tadi.
JURNALBANUA.COM, KOTABARU - Jika nusantara dilipat jadi empat maka titik tengahnya ada di Pulau Laut. Sebuah pulau kecil, pusat kota Kabupaten Kotabaru di ujung tenggara Kalsel.
Ada yang berbeda dengan pelaksanaan upacara di Pulau Laut. Bukan saja lokasi upacara berada di pusat kota yang langsung berhadapan laut biru. Tapi juga para peserta upacara lantang menanyakan identitas diri.
Pertanyaan itu dilantangkan usai pengibaran bendera. "Siapa kita?," pekik Dandim 1004 Letkol Inf Rony Safriyanto. Kita Indonesia, serempak para peserta menjawab.
"Siapa kita...?!," berat nyaring suara Danlanal Kotabaru Letkol Laut Joko Andriyanto. Kita adalah Pancasila, terdengar gemuruh jawaban.
"Apa semboyan kita...?!," lantang tegas suara Kapolres Kotabaru AKBP Suhasto. Terdengar gemuruh: Bhineka Tunggal Ika.
"Kerja kita..?," ganti Bupati Kotabaru Sayed Jafar bertanya. Gemuruh kembali terdengar: kerja kita prestasi bangsa. "Merdeka....!". Terdengar juga suara dari dua orang pejabat wanita Ketua DPRD Alfisah, dan Kajari Indah Laila.
Sebelumnya, unsur Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) bersama para tokoh agama dan tokoh adat mengucapkan ikrar kebangsaan Indonesia bersatu.
Dengan kesadaran kami berikrar
dengan penuh ketakwaan kami bersumpah
di bawah sang saka merah putih kami berkorban
Bhineka Tnggal Ika manunggal dalam dada, melekat di palung jiwa
menjadi nyawa berbangsa dan bernegara
Tak ada satu paham pun selain Pancasila
tak ada satu bendera pun selain bendera merah putih
tak ada sejengkal pun kami takut berkorban
mempertahankan bumi kandung pertiwi
Kami siap Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Indonesiaku, Kndonesia mu Indonesia kita bersama...
Untuk bangsa tetap merdeka. Saya indonesia. Saya pancasila. NKRI harga mati.
Ikrar kebangsaan itu mendapat sambutan positif dari masyarakat Kotabaru. "Semoga semakin membuat kita erat. Kita boleh berbeda tapi tetap satu. Negara ini diperjuangkan dengan darah dan air mata, jangan berpecah," kata Syaripuddin tokoh masyarakat di Pulau Laut Tanjung Selayar. (Jurnal Banua)
Posting Komentar