Remaja santai di Siring Laut. Kawasan ini biasa ramai sore hari oleh wisatawan lokal |
JURNALBANUA.COM, KOTABARU - Meski dijadwalkan datang sekitar 17 Agustus tadi, tapi sampai Selasa (22/8) siang, tiang-tiang mega proyek yang dibuat di Jawa itu belum juga datang. Terkait hal tersebut, Kasi Intel Kejari Kotabaru Agung Nugroho mengatakan, kapal sudah keluar dari pelabuhan Gresik.
Kepada wartawan Agung mempersilakan wartawan atau masyarakat memantau proses pekerjaan pelebaran Siring Laut tersebut.
Ditemui di kantornya, siang tadi Kabid Pariwisata Disbudpar Kotabaru, Pia Widya Laksmi, membenarkan ratusan tiang sedang dalam perjalanan. "Semoga habis lebaran ini sudah sampai di Kotabaru," ujarnya.
Siring Laut saat diguyur hujan |
Tiang pancang yang akan didatangkan katanya estimasinya 620 batang. Akan didatangkan secara bertahap.
Untuk jumlah titik pemasangan ada 216 buah. Normalnya kata dia, dalam sehari bisa memasang tiga sampai titik.
Artinya perusahaan jika setiap hari bisa memasang tiga titik, maka pekerjaan pemasangan tiang pancang akan selesai selama 2,4 bulan. Keterangan ini sekaligus mengklarifikasi berita sebelumnya, yang menyebut 620 tiang akan dipasang pada 620 titik.
Terkait uji penetrasi atau sonder tanah bawah laut Siring Laut, kata Pia mengacu pada data yang sudah ada. Kedalaman sampai 36 meter.
Dia berharap, di lapangan nanti tidak ada kendala. Cuaca yang mendukung, sehingga pekerjaan bisa selesai tepat waktu.
Untuk pengecoran beton, kontraktor akan mencari alat batching plant di lokal. Dengan kapasitas 30 meter kubik per jam.
Mengapa kontraktor tidak jadi membawa alat dari Jawa seperti di dokumen awal? Kata Pia, tidak ada anggaran mobilisasi alat dari Jawa ke Kotabaru.
Pia sendiri baru menjabat sebagai Kabid Disbudpar ketika proses tender pelebaran Siring Laut sudah selesai. Kontrak pekerjaan itu dimulai 28 Mei dan akan berakhir pada pertengahan Desember nanti.
Sayang panitia lelang, dalam hal ini Pokja ULP Kotabaru, belum memberikan tanggapannya. Salah sanggota Pokja ULP Kotabaru, Fitria, saat dihubungi wartawan belum memberikan jawaban.
Seperti telah diberitakan, proses lelang Siring Laut yang dimenangkan PT Duta Ekonomi dengan nilai Rp13,6 miliar sempat diprotes PT Lidy's Artha Borneo. Lidy's yang menawar Rp12,6 miliar itu menyatakan keraguannya pemenang akan bisa menyelesaikan proyek.
Alasannya, alat batching plant pemenang berada di Sampang, Jawa Timur. Sudah jadi pengalaman tahun lalu, beberapa proyek di Kotabaru terbengkalai karena kontraktor kesulitan mendatangkan alat.
PT Lidy's digugurkan panitia lelang karena tidak melampirkan sertifikat mutu ISO 2015. Diketahui kemudian perusahaan ini ternyata memiliki sertifikat itu. Alasan Lidy's tidak ter-upload karena kesalahan teknis.
Lidy's pun kemudian melayangkan sanggahan. Meminta bukti di mana alat pemenang berada. Di awal Mei tadi, Agung Nugroho kepada wartawan mengatakan, panitia sudah memverifikasi ke lapangan. Pemenang kata dia memiliki alat batching plant dan kapal pengangkut di Jawa.
Pokja ULP Kotabaru saat itu membenarkan, sudah memverifikasi alat batching plant dan kapal pengangkut di Jawa. Perusahaan pemilik batching plant di Jawa adalah milik PT Armada Mix.
Masih dari keterangan Pokja, alat perusahaan juga ada di Kabupaten Tanah Laut dan Barito Kuala. Perusahaan PT Armada Mix kata Pokja adalah perusahaan skala nasional.
Sekadar diketahui, batching plant adalah alat khusus. Digunakan untuk mengaduk semen dalam komposisi tertentu. Pemasangan alat batching plant di lapangan normalnya memakan waktu 30 hari.
Proyek Siring Laut memang menjadi perbincangan hangat warga Kotabaru. Baik di tempat umum, atau sosial media. Karena lokasi pekerjaan persis di tengah kota.
Siring Laut adalah salah satu tempat favorit warga Pulau Laut berkumpul. Di sana ada wisata kuliner dan panggung hiburan.
Nisfuadi: Untuk Apa Diverifikasi ke Jawa?
Pakar yang sudah malang-melintang dalam proses tender, Sy Nisfuadi, kepada wartawan mengatakan, ada yang janggal dengan proses lelang mega proyek Siring Laut.
Dia mengatakan, sudah mempelajari dari awal proyek tersebut. "Jika memang tidak ada anggaran mobilisasi alat, mengapa panitia harus capek-capek verifikasi ke Jawa," ujarnya.
Sy Nisfuadi |
Karena kata dia jika tidak ada anggaran mobilisasi alat dari Jawa, maka tidak perlu dilakukan verifikasi alat calon pemenang lelang. Karena sudah bisa dipastikan, perusahaan tidak akan mau membawa alat.
Tambah lagi kata dia, Pokja di awal sudah mengatakan, jika perusahaan pemilik alat adalah PT Armada Mix. Perusahaan itu kata Nisfuadi, informasinya sedang melakukan pekerjaan serupa di Tanah Laut dan Barito Kuala.
Dia pun menduga proyek Siring Laut nanti akan memakai alat PT Armada Mix yang ada di lokal. Kondisi ini kata dia akan menimbulkan anggapan-anggapan atau dugaan publik terkait profesionalitas panitia lelang.
Dari informasi yang dihimpun, PT Armada Mix adalah perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan alat dan pekerjaan konstruksi beton. Perusahaan ini pusatnya di Sidoarjo Jawa Timur.
Perusahaan ini di situs nya menyebut sudah membuka jaringan di Kalimantan Selatan. Berupa alat ready mix batching plant. Juga bergerak di bidang penambangan batu kuari.
Dihubungi nomor kantornya Selasa (21/8) malam tadi, Manajer Operasional Rental Armada Mix, Nanang, mengatakan kalau dirinya belum tahu apakah ada permintaan alat untuk proyek Kotabaru. Karena katanya, di Armada Mix banyak divisi, kebetulan dia di Divisi Rental.
Namun dia membenarkan, jika ada pekerjaan di Kalsel. Tepatnya di sekitar Liang Anggang. Dia pun menyarankan wartawan untuk kembali konfirmasi pada hari kerja, Kamis (23/8) nanti. (Jurnal Banua)
Posting Komentar