Banjir yang mengepung Pulau Laut hari ini, mencuatkan kembali masalah tambang. Warga ramai memperingatkan bahwa pulau tidak akan bisa bertahan jika benar jadi ditambang.
JURNALBANUA.COM, KOTABARU - Entah bagaimana ceritanya, masalah tambang di Pulau Laut kembali ramai dibicarakan. Seperti di beberapa grup FB di Kotabaru, ramai warganet memposting penolakan tambang.
Faktanya adalah, hujan beberapa jam Sabtu (8/6/19) pagi tadi memang melumpuhkan titik-titik padat penduduk. Ratusan rumah terendam.
"Kalau yang tergenang iya ada ratusan. Yang parah ada puluhan," ujar Kasi Kedaruratan Bencana BPBD Kotabaru Saparuddin baru saja.
Selain menggenang ratusan rumah, bendungan Tirawan di Pulau Laut juga jebol siang tadi. Foto atas: warga unjuk rasa tolak tambang beberapa tahun silam |
Ketua Dewan Adat Dayak Kotabaru Sugian Noor, yang juga Kadisnakertrans Pemkab Kotabaru meminta semua merenung. "Bayangkan kalau ada tambang di pulau kita ini apa yang akan terjadi," ujarnya.
Sugian mengaku sedih melihat kondisi pulau laut. Dari hari ke hari manusia semakin padat. Bangunan semakin banyak. Alam tergerus. "Coba pikir. Bagaimana kalau jadi ditambang? Coba renungkan," pintanya.
Mantan Kepala Desa Sebatung, Awaludin, yang terpilih sebagai anggota DPRD periode 2019 - 2024 juga mengatakan serupa. "Inilah bukti kenapa kami tolak tambang sejak lama. Karena kita tinggal di pulau yang tidak seluas Pulau Kalimantan atau Pulau Jawa. Kita di Pulau Laut, pulau kecil," ujarnya.
Dia lantas mengingatkan sidang kasus tambang Pulau Laut. "Di sidang PTUN para ahli dari Universitas Lambung Mangkurat sudah memaparkan kajian. Pulau Laut tidak layak ditambang, dampak mudaratnya besar untuk orang banyak," tekannya.
Banjir di pusat kota Pulau Laut |
Wabup Kotabaru Burhanudin juga mengatakan serupa. "Mudah longsor tempat kita. Karena banyak lereng," ujarnya melalui pesan singkat siang tadi.
Apa yang dia katakan itu terbukti. Siang tadi, longsor meluluh lantakkan akses ke objek wisata Meranti di Gunung Sari. Satu buah rumah rusak total, jalan tertutup. Hampir bersamaan, longsor juga terjadi Teluk Gosong, sempat menutup jalan.
Longsor di Gunung Sari Pulau Laut siang tadi |
Sementara itu aktivis yang terpilih sebagai anggota DPRD Kotabaru, Rabiansyah akrab disapa Roby mengatakan, Pulau Laut pesisir rendah. "Parit-parit di jalan tidak terawat. Banyak sampah di sungai. Apalagi kalau ada tambang dan penebangan hutan, hujan sebentar akan banjir parah," ujarnya.
Roby lantas meminta semua pihak menjaga lingkungan. Mulai dari hal kecil. "Jangan buah sampah ke sungai. Tanam pohon satu orang satu misalnya. Itu sudah akan sangat membantu," tandasnya.
Terpisah, Ketua Organisasi Pedagang Ikan dan Nelayan (OPIN) Kotabaru Saharuddin tegas mengatakan, banjir hari ini tadi harusnya membuka semua mata. "Coba lihat kami, belum tambang saja sudah kewalahan. Itu yang koar-koar dukung tambang gak ingat anak cucu," sengitnya.
Disinggung banjir di pusat kota karena sungai bersampah, Saha demikian ia akrab disapa tidak menampik. "Bisa saja begitu. Memang kotor sungai kita. Tapi tengok Pulau Laut Timur, Pulau Laut Tengah dan Pulau Sebuku kan banjir juga," bebernya.
Banjir menggenang Berangas, Pulau Laut Timur siang tadi |
Saha meminta, agar tidak mencari dalih. "Jangan bilang inilah itulah untuk membenarkan adanya rencana penambangan. Lihat faktanya saja. Pulau tempat tinggal kita ini apa layak ditambang?".
Sekadar diketahui, di Pulau Laut memang sempat keluar izin pertambangan batubara dan bijih besi. Ada warga yang pro, banyak pula yang kontra.
Mereka yang pro tambang beralasan lapangan kerja dan peningkatan ekonomi. Mereka juga mencoba meyakinkan publik bahwa tambang akan dilakukan dengan baik sesuai aturan.
"Lambat laun bisa ditambang juga. Soalnya ada batubaranya. Manusia tambah banyak, kebutuhan energi semakin banyak juga," ujar pekerja tambang di Kotabaru yang enggan namanya ditulis. (JB)
Baca juga: Warga Terdampak Banjir Tak Ingin Tambang Pulau Laut
Posting Komentar