Pedagang mengaku, jika hujan lebat banjir di lantai atas bisa setinggi mata kaki | Foto: Jurnal Banua |
JURNALBANUA.COM, KOTABARU - Baru-baru tadi, para pedagang di Pasar Kemakmuran mengeluh. Jika hujan lebat, lantai pasar di atas banjir, plafonnya beberapa pun bocor.
"Kalau hujan deras, airnya segini," kata Mama Kembar yang berjualan sepatu. Sembari menunjuk mata kakinya. Para pedagang lainnya membenarkan.
Apa yang terjadi? Padahal pasar itu bangunan baru. Selesai dikerjakan di tahun 2019. Dengan anggaran sekitar Rp13 M.
Pedagang sendiri sudah memeriksa bangunan. Paling kasat mata masalahnya adalah, tidak adanya saluran pembuangan di lantai atas. Sehingga air hujan yang menggenangi lantai tidak bisa ke luar.
Atap juga diduga bocor di beberapa titik. Dibuktikan dengan mulai rusaknya beberapa plafon. Kemudian talang air di atas plafon, desainnya diduga kurang proporsional. Sehingga air merembes.
"Kata tukang, pipa sambungan atas lebih kecil daripada bawah. Makanya airnya rembes," beber pedagang.
Pedagang pun meminta awak media naik ke plafon. "Coba lihat sendiri. Itu ada tangga," pintanya.
Beberapa wartawan penasaran, dan memilih naik ke plafon. Apa yang ada di sana? Talang air di beberapa titik hanya diikat dengan tali. Diameter pipa atas memang lebih kecil daripada diameter pipa bawah. Konstruksi ini diduga tidak mampu menampung maksimal debit air.
Konstruksi talang air dikeluhkan pedagang | Foto: Jurnal Banua |
Uniknya, talang air itu kesannya tambahan dadakan. Pasalnya, bagian pipa bawah menyembul dari tiang, sehingga mengurangi estetika visualnya.
Kepala Dinas Pasar, Mahyudiansyah, Rabu (8/7) tadi di kantornya membenarkan. Bahwa para pedagang memang mengeluh. Solusinya kata pria akrab disapa Yudi ini, kontraktor diminta segera memperbaikinya.
"Kontraktor mau memperbaiki," akunya. Walau masa pemeliharaan yang jadi tanggungjawab pemborong sudah habis, Yudi menilai keluhan itu sebaiknya dibereskan pemborong. "Kan dia gak mau kalau nanti bilang kerjaannya gak bagus," tambahnya.
Perencanaan Prematur
Mengapa bangunan pasar itu meninggalkan beberapa masalah? Juga beberapa item terkesan tambahan dadakan?
Yudi mengakui, dari awal perencanannya sudah prematur. "Dana perencanaan hanya Rp30 juta," akunya.
Kemudian dalam perjalanan pekerjaannya, juga terjadi beberapa kali perubahan. Misalnya, atap yang semula baja ringan, diganti jadi baja konvensional.
Menurut Yudi, waktu itu analisa di lapangan, jika baja ringan, diperkirakan tidak bertahan lama. Karena berada di pesisir, rentan angin kencang.
Dampaknya, kata Yudi, dari perubahan itu lantai tidak jadi dikeramik. Seingat dia ada tiga kali perubahan CCO. Namun dia mengaku lupa detailnya.
Pasar itu dibangun dari eks kebakaran tahun 2018 akhir. Bukan bangunan baru seutuhnya. Bagian lama yang tidak hancur masih dipertahankan, khususnya lantai bawah.
Tidak Bisa jadi Alasan
Ketua Komisi II DPRD Kotabaru Jerry Lumenta, pada Jumat (10/7) sore tadi menepis pernyataan Yudi. "Tidak bisa jadi alasan (masalah perencanaan yang prematur)," tegasnya.
Kata Jerry, pemborong seyogianya sudah siap mengerjakan dengan perencanaan yang ada. "Gak mungkin kan perencanaan sengaja bocor?," ulasnya.
Jerry Lumenta (kanan) saat meninjau pasar |
Apa pun itu tekan Jerry, masalah yang timbul harus segera diperbaiki. Ia pun berjanji akan memanggil dinas dan pemborong dalam waktu dekat.
Menurutnya masalah itu mengindikasikan ada kesalahan dalam pengerjaan. Sehingga perlu dilakukan perbaikan. (shd/jb)
Posting Komentar