* Dewi Vamelia Apriani
Kelangkaan minyak goreng, menjadi cermin ironi di tempat saya tinggal.
Di daerah saya, Kotabaru Kalsel, banyak perkebunan sawit skala besar dan ada pula pabrik minyak goreng di daerah pulau. Tapi tetap terimbas adanya kelangkaan minyak goreng.
Dewi Vamelia Apriani |
Di sisi lain, pada beberapa tempat perbelanjaan malah mulai bermunculan minyak goreng impor dari bahan jagung dan lainnya, di luar dari bahan kelapa sawit dan kelapa. Dengan harga yang relatif mahal tentunya. Seakan lengkaplah sudah awal pengencangan ikat pinggang.
Belum lagi adanya situasi internasional yang mencuat ke permukaan. Perang.
Perang antara Rusia dan Ukraina, terkesan membawa dampak bagi perekonomian Indonesia.
Saya yang tinggal di daerah, sepertinya turut merasakan hal tersebut.
Bagaimana tidak, Rusia yang turut andil dalam suplai minyak dunia sekitar 60 persen ke Eropa Barat.
Dengan demikian ini akan berpengaruh terhadap perdagangan dan perekonomian global.
Dampak perang, di sisi lain adalah aliran uang yang ada di Indonesia.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar bisa jadi melemah. Bahasa anak ekonom: terdepresiasi. Karena efek globalisasi.
Jadi nilai rupiah melemah saat ini bukan karena kinerja rupiah yang buruk, melainkan dampak dari perang yang terjadi. Lalu pada gilirannya bisa jadi harga emas akan terus bergerak naik.
Dampak perang yang lainnya adalah, terhadap pasar modal. Yang akan mengikuti trend yang dialami nilai tukar rupiah terhadap dolar berkaitan dengan isu global. Sehingga pasar modal dalam negeri bisa jadi mengalami penurunan.
Perseteruan Rusia lawan Ukraina, bisa berdampak pada bidang ekspor.
Nilai ekspor Indonesia (Januari 2022) ke Rusia 170 juta US$ dan ke Ukraina 5 juta US$.
Bila Rusia kena embargo, maka Indonesia tidak akan stabil untuk melakukan ekspor ke Rusia. Maka pendapatan Indonesia dari ekspor karet, lemak hewan, kakao ke Rusia akan berdampak bagi pemasukan keuangan.
Naiknya harga minyak saat terjadi perang, juga dapat berpengaruh terhadap APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).
Bila terjadi embargo pada Rusia. Maka tidak menutup kemungkinan, akan menaikkan harga minyak dunia. APBN Indonesia masih melakukan subsidi ke BBM minyak tanah dan elpiji.
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) pada skala global, bisa jadi akan mengakibatkan beban berat pada APBN.
Gonjang ganjing dua negara tersebut. Selain harga BBM, dari bidang pertanian. Dalam hal ini gandum, diprediksi akan mengalami kenaikan.
Karena Indonesia mengimpor gandum dari Ukraina sebagai bahan utama pembuat roti dan mie instan.
Ukraina menempati urutan pertama pengimpor gandum ke indonesia ; (2020 ; impor gandum dari Ukraina lebih dari 20 persen stock gandum tanah air).
Dan tidak menutup kemungkinan, kenaikan harga harga akan semakin meningkat menjelang bulan puasa dan lebaran.
Untuk itu, prioritaskan berbelanja yang penting penting saja. Dan bisa jadi hal itu adalah suatu langkah bijak bagi perekonomian keluarga .
*). Alumni FKIP Universitas Lambung Mangkurat - Jurusan Pendidikan Ekonomi. Staf Pengajar di SMAN 2 Kotabaru dan Ketua MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Ekonomi Kotabaru Kalimantan Selatan.
Posting Komentar