Suasana masukkiri | Foto: Andi Satria Jaya |
JURNALBANUA.COM, BATULICIN - Masukkiri konon dibawa keluarga raja Pagatan. Sepulang dari Singapura, berdagang kopra. Abad ke 19.
Masukkiri adalah lantunan barzanji yang diterjemahkan ke dalam bahasa Bugis. Biasa dilantunkan saat maulid, pernikahan atau acara besar lainnya.
Awalnya, masukkiri hanya sair-sair biasa. Tapi, lama-lama lantunan itu menjelma jadi semacam mantra. Pelantunnya bisa mengirim gelombang energi tak kasat mata ke lawannya.
"Di kampung saya masih ada ajang adu kanuragan masukkiri," kata Ketua Lembaga Ade Ogi Pagatan, Fawahisah Mahabatan.
Caranya, beberapa kelompok masukkiri duduk berhadapan. Mereka bersair dan menabuh rebana. Lama-lama, suara sair semakin lantang begitu juga pukulan rebananya. Itulah ciri-ciri adu tenaga dalam sedang berjalan.
Pemasukkiri yang tida kuat biasanya akan tumbang. "Bahkan ada yang sampai muntah darah. Pingsan," jelas Fawa.
Menurut Fawa, ilmu kanuragan sebenarnya sudah menjadi tradisi Bugis zaman dulu. Misalnya dalam tarung sarung (sigajang laleng lipa). Petarung Bugis tidak semata tangan kosong atau badik, tapi juga mengisi batinnya dengan energi.
Ilmu itu sederhana jelasnya. Yakin dengan Tuhan. Kemudian latihan olah nafas. Seperti taichi dari Tiongkok. Sederhana, tapi susah melatihnya. Perlu ketekunan.
Nah, karena bawaan tradisi kanuragan itulah, orang-orang Bugis kemudian membawanya dalam masukkiri. "Tujuannya hanya sekadar hiburan. Pentas seni. Untuk menghibur warga," jelas Fawa.
Masukkiri ini lanjutnya diperkenalkan awalnya oleh warga Pagatan. "Makanya, kami rencana mau mendaftarkan ini ke lembaga hak cipta."
Dahulu, masukkiri merupakan acara rutin yang digelar warga. Sekarang sudah berkurang. Karena penerusnnya sedikit. Minat anak muda berkurang.
"Ini tantangan kita. Karena tradisi ini orisinal punya kita. Harus dilestarikan," jelas Fawa.
Cicit Raja Pagatan, Andi Satria Jaya membenarkan. Masukkiri dibawa keluarga raja sekitar abad 19. Sepulang berdagang kopra dari Singapura.
Dia berharap, pemerintah dapat mengembangkan tradisi itu. Sehingga dapat dikenal luas. (shd/jb)
Posting Komentar