Liem Koen Hian, Pejuang Kemerdekaan di Kalsel yang Hilang Sejarah

Sosok Liem Koen Hian, pejuang kemerdekaan RI yang berdarah etnis Tionghoa dari Kalsel
JURNALBANUA.COM, BANJARMASIN - Pangeran Antasari, Brigjen Hasan Basri, Dr KH Idham Chalid, Ir. Pangeran H. Mohammad Noor. Empat pahlawan nasional asal Kalsel.

Setidaknya merekalah yang diakui pemerintah. Lantaran sudah begitu berjasa memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia.

Tapi, bukan berarti tak ada nama lain. Salah satunya Liem Koen Hian. Tokoh Tionghoa kelahiran Banjarmasin yang jasanya juga tak kalah besar dalam memperjuangkan kemerdekaaan.

Liem adalah seorang tokoh wartawan dan politik Indonesia. Ia dilahirkan di Banjarmasin pada tahun 1897. Keluarganya adalah pedagang kecil Tionghoa peranakan.

Ia dikenal kritis. Dalam catatan sejarah, Liem Koen Hian adalah sosok yang idealis, cerdas, humoris, namun tempramental.

Dia pernah bekerja di sebuah perusahaan minyak di Balikpapan. Namun, Liem merasa tidak nyaman dengan pekerjaan kantoran. Pada akhirnya ia memutuskan menjadi wartawan.

Di sela kariernya sebagai wartawan, ia meninggalkan ideologi Tionghoa. Ia bertranformasi menjadi nasionalisme Indonesia sejak 1920-an.

Nasionalisme Liem terlihat jelas melawan pengaruh Jepang pada masa itu. Pada 1938, ia menerbitkan buku anti-Jepang. Akibat perbuatan itu, dirinya sempat ditahan pemerintah Jepang dan dibebaskan tak lama kemudian.

Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), Liem masuk dalam anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Saat mencapai kemerdekaan, ia ditunjuk Soekarno-Hatta sebagai salah satu anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Liem juga tercatat pernah mendirikan Partai Tionghoa Indonesia.

Dari kiprah Liem Koen Hian yang begitu besar,  namanya hilang dalam sejarah pahlawan nasional. Hal ini terbukti dari buku sejarah nasional Indonesia di edisi pertama (1975) dan kedua (1977). Di mana nama Liem sebagai anggota BPUPKI tak muncul. Hanya disebutkan sebagai empat golongan Cina dan empat Arab.

Masa Kecil Liem

Jurnal Banua menyambangi rumah Arifin Suritiyono (68). Ia merupakan tokoh senior etnis Tionghoa di Banjarmasin. Dirinya mengenal Liem Koen Hian sejak duduk di bangku SMP.

Seingatnya, waktu kecil Liem sering menghabiskan waktu bermain di luar rumah. Di Jalan Veteran. Sekarang tempat yang dimaksud tepat di samping kanan Kantor Tupperware.

Menurutnya, sebelum berlabuh ke Balikpapan dan Sumatera. Dari kecil hingga menginjak usia 14 tahun, Liem masih tinggal di Banjarmasin.

Pada masa hidupnya, Liem juga sempat mendirikan Apotik Kalimantan di Banjarmasin. Sekitar tahun 1949/1950.

Berdirinya apotik tersebut banyak membantu  masa-masa perjuangan kemerdekaan di Banjarmasin.

Tak Dianggap Warga Negara Indonesia

Liem Koen Hian ikut andil dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Lantas, kenapa ia dicap bukan warga Negara Indonesia?

Pasca kemerdekaan, Liem menjadi pencetus 'Setiap orang Cina adalah warga Indonesia'. Ia mengusulkan keturunan Tionghoa di Tanah Air otomatis diberi status warga negara Indonesia (WNI).

Sayangnya, kalimat itu mendapat banyak tentangan. Bahkan dari teman-teman elit politiknya di masa itu.

Puncaknya, ketika dua hari sesudah hari jadi Negara Tiongkok. Liem tiba-tiba menaikkan bendera Tiongkok. Hal inilah yang menjadi penyebab ia dianggap penghianat bangsa. Lalu dicap tak termasuk dari warga negara Indonesia.

Liem pun merasa dicederai oleh teman-teman politiknya. "Tidak ada statement Liem yang menyatakan bahwa dia memilih kewarganegaraan Tiongkok," ujar Arifin, Selasa (8/11/2022).

Harapan Etnis Tionghoa Banjarmasin untuk Liem

Arifin Suritiyono menyayangkan kenapa sosok Liem dihilangkan dari sejarah. Ia berharap temannya itu ditulis secara adil.

"Dalam penulisan sejarah itu, saya harapkan semuanya secara fair (adil) apadanya. Kalo dia memang baik ya katakan baik, ia penghianat ya iya menghianati, bagaimana dituliskan disitu, bukan dihilangkan," cetus Arifin.

Begitulah sepenggal cerita Liem Koen Hian. Namanya memang hilang dalam sejarah. Tapi, bagi warga Tionghoa di Kalsel, ia tetap pejuang kemerdekaan Indonesia.

Liem sendiri tutup usia di Medan pada 5 November 1952. Dengan status warga negara Tiongkok.

Sementara keluarganya, saat ini berada di Jakarta. Mereka sudah menyandang status warga negara Indonesia. (mar)


Space Iklan

Tags :

bm
Jurnal Banua

Situs pemberitaan online Jurnal Banua telah memiliki badan hukum dan terdaftar di Kemenkumham RI. Semua produk pemberitaan diolah melalui proses jurnalistik yang profesional dan bertanggungjawab.

Posting Komentar