Dari Meubel, Lapas Tanbu Lanjut ke Jurnalistik, Demi Hangatkan Kehidupan di Balik Jeruji

Kalapas Tanah Bumbu Bambang Hari Widodo (tengah) memberikan sambutan di pelatihan jurnalistik, Kamis (12/1/2022). Terlihat dua jurnalis Tanah Bumbu Alvian Cemple (kiri) dan Man Hidayat (kanan) | Foto: Jurnal Banua
JURNALBANUA.COM, BATULICIN - Berada dalam kompleks penjara, tidak membuat Kalapas Batulicin Bambang Hari Widodo menjadi dingin dan kehabisan ide. Sejak resmi dilantik 4 November tadi, Bambang terus bikin gebrakan hangat.

Paling menggembirakan, masih di November itu, dia telah mendidik jiwa wirausaha para narapidana. Memberi keterampilan meubel.

"Kalau ke luar, jangan kembali ke sini lagi, dan jadilah orang bermanfaat," ujarnya kepada warga binaannya.

Menurut Bambang, Lapas sejatinya adalah rumah pendidikan yang hangat. Tidak mudah, dengan segala tantangan dan keterbatasan. Tapi Bambang terus berupaya.

Terbaru, Kamis (12/1/2022) kemarin. Bambang menambah amunisi baru untuk cita-citanya itu. Memperkuat kecakapan literasi belasan staf di Lapas.

Tidak tanggung-tanggung, Bambang mendatangkan langsung pekerja profesional yang tiap hari berkutat dengan literasi. Siapa lagi kalau bukan jurnalis.

Bambang menggandeng rekan-rekannya, para jurnalis di Tanah Bumbu. Khusus, selama dua hari.

Permintaan yang sejak awal langsung diamini para kuli tinta itu. Sederhana alasannya, niat luhur Bambang itu besar artinya. Dalam banyak hal.

Dari dulu para jurnalis telah sepakat. Literasi yang berkualitas, adalah satu faktor utama agar bangsa ini bisa besar.

Materi-materi andalan pun diberikan. Seperti teknik wawancara, kaidah penulisan berita sampai cara mengambil gambar visual,  dan lainnya.

Dijelaskan, kunci utama penulisan berita adalah ketepatan dan kelengkapan data.

Kemudian, berita mesti berimbang.

Sederhananya jika dalam berita si Fulan dikata-katai seseorang, maka si Fulan ini wajib diberikan porsi untuk menanggapi.

Maksud dari berimbang itu adalah, agar berita yang ditulis tidak memojokkan seseorang atau instansi (dan sejenisnya) secara tendensius.

Poin berimbang itu masuk dalam satu dari sekian kode etik jurnalistik yang wajib dipatuhi.

Kemudian, point penting berikutnya dalam menulis berita adalah kaidah tata bahasa. Berita bukan karya sastra, yang bisa leluasa bermain kata dan tanda baca.

Berita mesti jelas dan padat. Menggunakan kalimat baku yang bisa dipahami dengan mudah semua kalangan.

Singkatnya, bahasa dalam berita harus dapat mudah dicerna oleh semua kalangan masyarakat. Jadi berita yang menggunakan kalimat sulit justru harus dihindari.

Kemudian sebagai pemanis. Berita hendaknya disusun menggunakan model piramida terbalik. Teknik menulis berita mulai dari data yang paling penting, sampai ke paling tidak penting.

Mengapa model ini digunakan? Karena berita itu sejatinya adalah informasi. Dengan menempatkan informasi paling penting di atas, maka akan menghemat waktu pembaca.

Pengecualian untuk berita jenis feature. Berita gaya ini lebih dikhususkan untuk pembaca yang punya banyak waktu. Sekaligus menyukai sastra.

Feature didesain tidak hanya untuk memberikan informasi, tapi juga memenuhi kebutuhan seni pembaca.

Dalam feature tidak berlaku model piramida terbalik. Bisa saja unsur paling penting berada di akhir tulisan.

Karana feature menitikberatkan kepada keindahan, maka tidak semua jenis berita "cocok" memakai gaya ini. Salah satu jenis informasi yang serasi dengan teknik feature adalah kisah-kisah inspiratif.

Tidak berhenti di sana. Para staf lalu diajarkan cara mengambil video. Dijelaskan, kunci utama video yang baik adalah ketenangan.

Kemudian, minimal berisi rekaman jarak jauh, menengah dan close up. Gunanya agar memberikan gambaran yang maksimal untuk penonton.

Lalu tidak kalah penting adalah teknik menggerakkan kamera. Dalam satu frame usahakan hanya satu arah. Misalnya dari kiri ke kanan, atau sebaliknya. Jangan digabung kanan ke kiri.

"Supaya merekam video stabil, bisa dengan cara menahan nafas," ujar jurnalis Alfian Cemple.

Selain Cemple, juga memberikan materi Ketua JMSI Tanah Bumbu Zainal Hakim. Tidak ketinggalan jurnalis Man Hidayat, Ahmad Kuswandi, dan Moch Apri.

Bambang mengatakan, pelatihan itu tujuannya adalah meningkatkan kemampuan literasi para staf di Lapas.

Dia menilai, penting memiliki kecakapan bahasa di era keterbukaan seperti sekarang. Sehingga segala informasi yang nantinya dikeluarkan oleh Lapas, mampu memberikan manfaat yang maksimal kepada masyarakat.

"Tulisan atau audio visual yang baik, tentu akan lebih mudah diterima masyarakat," ujarnya.

Sementara itu, Zainal Hakim mengatakan, pelatihan itu digelar dua hari. Pertama khusus teori, hari kedua praktik.

"Hari ini kita gelar praktik. Wawancara, merekam video dan menulis," ujarnya kepada Jurnal Banua, Jumat (13/1/2022).

Dari pengalaman hari pertama, dia yakin para staf Lapas akan dapat menulis dan membuat video yang baik. Berkaca dari semangat para peserta pelatihan. (shd/jb)


Space Iklan

Tags :

bm
Jurnal Banua

Situs pemberitaan online Jurnal Banua telah memiliki badan hukum dan terdaftar di Kemenkumham RI. Semua produk pemberitaan diolah melalui proses jurnalistik yang profesional dan bertanggungjawab.

Posting Komentar