JURNALBANUA.COM, KOTABARU - Jika ada yang paling dinanti emak-emak di pusat kota sekarang, bisa dipastikan bukan pejabat yang meresmikan proyek. Tapi truk berkelir kuning berisi air, bantuan putra kelahiran Pulau Laut yang wajahnya tidak asing dalam jatuh bangunnya sejarah kebijakan Kotabaru.
"Datang sudah truk banyu (air) bantuan Syahriansyah, julak (paman) ai," teriak seorang wanita tua kepada rekan-rekannya yang menanti di sudut desa dekat pusat kota. Kulitnya legam terbakar matahari. "Air gratis sudah datang, jangan rabutan," teriaknya lagi.
Benar saja, terlihat di ujung jalan sebuah truk membawa dua buah tandon besar. Truk itu mendekat ke arah emak-emak yang menunggu sejak tadi. Di hadapan para emak-emak itu berjejer banyak sekali jeriken dan drum-drum kosong.
Mesin genset yang ada di truk lalu dinyalakan seorang pemuda: mengalirlah air dari tandon ke dalam jeriken dan drum warga. Suaranya gemiriciknya seolah nyanyian rindu, membuat wajah emak-emak yang tadi menanti gelisah menjadi lega.
Bagi Anda yang belum tahu, kemarau panjang tahun ini memberikan derita yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya di Kabupaten Kotabaru. PDAM sekarat, air terpaksa digilir. Ada warga yang baru dapat giliran air tiga hari, bahkan ada yang baru dapat hingga lima hari.
Yang paling parah ada di daerah padat permukiman penduduk, seperti Desa Rampa dan Dirgahayu. Bagi mereka yang berpunya, kemarau tinggal rogoh kocek berlebih. Tapi bagi warga yang hidup pas-pasan, bantuan air bersih adalah sesuatu yang harus mereka rebut. Sayangnya, warga yang berebut air mayoritas jumlahnya!
Maka jangan heran bantuan air bersih dari Syahriansyah --biasa juga disapa Inyik, yang bekerja sama dengan program BKW Peduli tersebut selalu dinanti warga setiap harinya. Sedikitnya ratusan KK setiap hari yang mendapat bantuan air.
Inyik yang merupakan caleg dari PAN dengan nomor urut 12 tersebut mengatakan, tidak ada yang bisa dilakukan untuk membantu kesulitan air bersih warga, selain mengangkut kebutuhan vital tersebut menggunakan truk dari sumber mata air yang masih ada di beberapa pegunungan ke pusat kota.
"Sementara ini kami mengambilnya dari sumber mata air yang ada di Gunung Seratak," kata Inyik.
Dari pantauannya, sumber air di sana masih melimpah. Jaraknya sekitar 18 kilometer dari pusat kota.
Menurut Syahriansyah, sejatinya Pulau Laut tidak kekurangan air bersih. Hanya saja pemerintah daerah yang dari dahulu tidak punya kebijikan tepat mengatasi derita tahunan warga pusat kota.
"Solusinya padahal sederhana. Salah satunya bisa dengan membuat pipanisasi dari mata air di Seratak ke pipa di pusat kota. Saya rasa APBD kita sanggup," ujarnya.
Syahriansyah |
Jika sesederhana itu, mengapa tidak pernah dikerjakan pemerintah? "Itu juga yang kami tidak pernah mengerti sampai sekarang. Teriak di jalan pakai toa sudah pernah kami lakukan, jalur lain juga sudah, tapi mereka seolah tidak mendengar. Derita tahunan warga yang jelas di depan mata, seakan lewat begitu saja," sungutnya kepada Jurnal Banua, Jumat 17 November 2023 pagi tadi.
Itulah salah satu alasan mantan aktivis ini mengambil langkah politik untuk perjuangannya selanjutnya. Dia berharap niat baik dirinya dan rekan-rekan yang mendukungnya mendapat hasil terbaik. Harapannya sederhana, jika nanti bisa duduk di parlemen, bisa lebih bermanfaat lagi buat tanah kelahirannya.
"Sedih rasanya, Pulau Laut yang kita cintai ini masih tertinggal dari daerah lain," ujarnya.
Dia warga Desa Rampa kepada wartawan mengatakan, nama Syahriansyah di Kotabaru bukan nama yang asing. Nama itu akrab dalam pergulatan kebijakan, melalui gerakan parlemen jalanannya.
"Jika nanti parlemen kita diisi orang-orang seperti dia, saya yakin akan ada perubahan. Kita sekarang ini memerlukan anggota dewan yang berani bersuara. Bukan anggota dewan yang hanya diam saja ketika masyarakat sedang kesusahan seperti sekarang ini," tegasnya. (zal/jb)
Posting Komentar