TEWAS: Seorang pekerja proyek di Bandar Udara Gusti Sjamsir Alam, Kotabaru tewas setelah terlindas buldoser dua pekan lalu, hingga kini polis terus mendalami kasus tersebut | FOTO: RADAR BANJARMASIN |
JURNALBANUA.COM, KOTABARU - Hingga kini polisi terus mendalami kasus tewasnya pekerja proyek di Bandar Udara Gusti Sjamsir Alam. Dalam kejadian naas Jumat 24 Mei itu, pekerja yang berstatus mahasiswa M Afrizal Pratama tewas terlindas buldoser.
"Masih proses untuk menentukan tahap selanjutnya, berdasarkan keterangan dan bukti yang sementara ini sudah ada," ujar Kasat Reskrim Polres Kotabaru Iptu Muhammad Taufan Maulana kepada wartawan akhir pekan tadi.
Berdasarkan keterangan dari kepolisian sebelumnya, peristiwa kelam dalam sejarah proyek bandara tersebut terjadi sekitar pukul 19.30 malam.
Ketika itu korban sedang memperbaiki buldoser berkelir kuning tipe DB EES, bersama dua orang rekannya. Dan tiba-tiba entah bagaimana korban yang lahir di Petangis 2002 silam tersebut jatuh, dan terlindas buldoser yang sedang bergerak.
Dari saksi mata di lapangan, malam itu seorang pekerja proyek bandara berlari ke arah permukiman warga di Desa Stagen. Pakainnya berlumur tanah lihat, wajahnya ketakutan. Pekerja itu meminta tolong kepada warga, dan mengabarkan rekannya kecelakaan.
Belum hilang rasa kaget warga, seorang pekerja datang lagi dengan sepeda motor. Mereka lalu balik kanan, kemudian membawa korban ke rumah sakit. Tapi malang, tidak lama di IGD korban meninggal dunia.
Hingga sekarang belum ada keterangan dari kontraktor bandara PT Noor Jaya Perkasa atas kejadian tersebut. Direktur perusahaan Muh Amin Abd Waris W --di Kotabaru dikenal dengan sebutan Andi Amin, juga belum memberikan respons atas pertanyaan wartawan sebelumnya.
Di sisi lain, Kepala Bandar Udara Gusti Sjamsir Alam, Agus Heryanto melimpahkan kesalahan kepada kontraktor. Alasannya, mereka tidak memberikan izin bekerja sampai malam, dan pekerjaan di hari naas itu tanpa sepengetahuan bandara.
"Kejadian ini merupakan kejadian fatal, tapi kejelasannya (keterangan kontraktor) waktu itu sudah dikonfirmasi bahwa tidak ada pekerjaan malam.” ujarnya, Selasa 28 Mei.
Kejadian tersebut akunya memukul citra bandara. Pasalnya, selama ini Bandar Udara selalu menerapkan protokol ketat dalam setiap pekerjaan di lingkungan bandara. Apalagi mereka dituntut untuk menerapkan zero accident, demi membangun citra transportasi udara RI yang baik dan profesional.
"Terus terang yang bikin malu saya adalah, pembangunan IKN sebesar itu zero accident. Kita cuma segini tapi mengorbankan nyawa. Jadi persoalan ini menjadi pertaruhan saya," pungkasnya.
Terpisah, Ketua Koalisi Masyarakat Sipil Kotabaru (KMSK) Muzakir Fahmi meminta kasus tersebut diusut secara tuntas. Apalagi ujarnya, pekerjaan tersebut terindikasi tidak beres sejak awal.
"Mulai dari papan nama proyek yang tidak dipasang, sampai galian material tanah uruknya yang diduga tidak berizin," ujarnya.
Sekadar diketahui, proyek pelebaran dan perpanjangan runway bandara dikerjakan oleh PT Noor Jaya Perkasa dengan nilai kontrak Rp46,8 miliar. Perusahaan ini awalnya bernama PT Nur Haitamir Jaya yang beralamat di Makasar, Sulawesi Selatan. (zal/jb)
Posting Komentar